Padepokan Poho

Sepenggal Asa di Padepokan Poho

Salam Kliuuu sedulur…

Jelang Ramadhan atau Juni tahun 2015, ngebolang burung Poksay Hongkong (Poho) masih terus berlanjut. Sebuah postingan saya di Youtube dimulai sejak Februai 2015. Aktivitas jual beli Poho dengan frekuensi yang sangat jarang sudah berlangsung dan saat itu masih menggunakan jasa TokoBagus yang sekarang Oelex.

Hasrat penasaran ingin terus melestarikan Poho yang saat itu cukup langka kian membuncah. Memantau Poho sambil duduk berjam-jam adalah hal biasa, bahkan memantau hingga ke Puncak Bogor pun saat itu saya lakukan. Ajian nekad karena demen Poho.

Bolangan yang akhirnya menjadi titik balik saya menekuni Poho ketika sore hari beberapa hari jelang Ramadhan, saya memantau Poho di sekitar Jatibening, pantauan terdekat saat itu. Setelah nongkrongi lebih dari sejam, tak kunjung bunyi. Hampir saja putus asa, namun suara aan menangguhkan asaku.

Kumandang azan Maghrib menggema dari masjid yang ada di depan kios burung itu. Pantauanpun rehat sejenak menunaikan kewajiban. Usai dari masjid, belum ada tiga menit duduk di posisi mantau, tiba-tiba suara sirine dari si Poho keluar. Hati jadi senang, terbayar juga penantian lama memantau.

Setelah melakukan tawar menawar harga pas, akhirnya deal. Jalanan sudah agak gelap, setelah beberapa menit, Poho tiba di rumah Jatiasih. Malam itu, belum ada sinyal Poho terdengar bunyi, padahal sudah penasaran ingin melihat langsung dendang lagunya di rumah.

Tiba-tiba, jelang Subuh seisi rumah terdengar suara yang asing. Suara khas Poho dengan nada kliuu mendayu-dayu tiada henti meramaikan rumah. Ternyata, nyanyian itu terus berlanjut hingga matahari meninggi. Wah, luar biasa ternyata kicauan Poho. Maka sejak saat itu, kata-kata Kliuuu terus saya populerkan dengan menyertakan dengan sebutan awal pembuka dengan SALAM KLIIUU.

Ramadhan telah tiba, hari-hari saat kondisi perut lapar dan haus, ada penghibur sejenak yaitu kicauan Poho. Hingga suatu hari, saat mudik tiba, saya harus merelakan Poho berpindah tangan karena tidak mungkin saya bawa mudik saat itu. Lumayan, hasil dari penjualan buat sangu mudik ke Banyuwangi. Akhirnya hati merasa senang, perjalanan pun menjadi tenang.

Lebaran telah tiba, berkumpul dengan keluarga besar di kampung merasa membahagiakan. Hingga suatu hari, kami menikmati liburan ke Pulau Merah bersama sedulur di kampung. Saat perjalanan menuju Pulau Merah, sebelum memasuki hutan kecil, istri melihat sekilas Poho di kios kecil di pinggir jalan.

Perdebatan kecil antara saya dengan istri pun terjadi. Mana mungkin di pinggir hutan ada kios jual Poho. Pikir saya itu Cucak Jenggot karena di sekitar paruh bawah ada warna keputihan. Setelah sekitar satu kilometer penasaran, akhirnya saya kembali lagi dan memastikan bahwa itu Poho atau bukan.

Eng ing eeeng…benar adanya, ternyata Poho sedang di gantung bersama beberapa burung lokalan. Akhirnya saya keluar jurus MP3 betina, dan ternyata respon positif jantan. Setelah saya telusuri riwayat Poho di kios pinggiran ini, ternyata milik tentara yang istrinya tidak suka suara kuwak kuwak saat malam hari.

Setelah beberapa saat melakukan negosiasi, akhirnya deal dan Poho saya boyong ke rumah di kampung.  Kicauannya yang kencang dan mendayu, ternyata menarik para tamu yang sedang silaturahim di kampung. Mayoritas menanyakan, ini burung apa? Bagus suaranya…GR.

Lebaran telah usai, liburan mudik selesai. Perjalanan balik menuju Bekasi akhirnya ditemani dengan Poho yang saya dapatkan dari bumi Blambangan, entah mengapa saat itu saya ingin menyematkan sebuah nama di Poho ini, lalu saya pilih nama Minakjinggo. Sejak saat itulah, setiap Poho yang saya punya selalu memiliki nama-nama untuk memudahkan data dan arsip, dan markas di Jatiasih saya beri nama PADEPOKAN POHO.

Sekembali dari kampung, Poho Minakjinggo masih terus moncer dengan suaranya yang khas. Sejak itulah, keinginan untuk menggemari Poho kian bertambah. Ngebolang Poho hingga dapat betina, dapat mata katarak, dapat kuku copot, dapat paruh menyon, dapat bulu bondol dol, sudah pernah mengalami.

Seiring perjalanan waktu, saya mulai merambah ke Facebook. Pada Agustus 2016, saya daftarkan nama Poksay Hongkong dengan tagline Padepokan Poho ke Facebook. Pertemanan pun kian banyak, postingan-postingan banyak mendapatkan respon positif. Hingga akhirnya saya buat Group FB dan Fanpages bernama Poksay Hongkong.

Padepokan Poho kian dikenal di kalangan Pohower yang rata-rata mereka adalah sosok-sosok yang pernah merawat atau melihat ayahnya memelihara Poho, saat pohower masih anak-anak atau remaja. 90 persen mitra Padepokan Poho adalah Pohower yang ingin bernostalgia dan meneruskan kembali kesenangan orangtuanya merawat Poho.

Padepokan Poho memiliki ciri khas setiap tayangan yang disematkan di sosial media, selalu menyematkan nama-nama tokoh pewayangan, kerajaan, atau tokoh legenda. Meski akhirnya terkadang keluar konteks karena kehabisan nama.

Suatu hari, gonjang ganjing per-facebook-an bak ada tsunami. Hingga pada akhirnya tanggl 23 April 2019, Facebook memilih Group Poksay Hongkong sebagai group yang layak dibanned. Meski upaya untuk memulihkan sudah dilakukan, akhirnya group itu wassalam juga, dengan total jumlah anggota saat itu sekitar 9.127 anggota.

Hikmah diblokirnya Group Poksay Hongkong tak menyurutkan larut dalam keluh. Justru saya tertantang meningkatkan grade-nya menjadi lebih tinggi lagi dengan menghidupkan domain POKSAYHONGKONG.com yang sudah saya daftarkan sejak tahun 2016. Jadi selama ini bernama tapi tak berwujud.

Momentumnya tiba, ketika musibah ada. Akhirnya saya membuat website untuk memulai kembali membangun Padepokan Poho lewat website. Namun demikian pergerakan di sosial media lainnya tetap terus berlanjut. Bahkan untuk mempopulerkan Padepokan Poho akhirnya saya daftarkan juga nama domain PADEPOKANPOHO.com.

Melalui dua jendela inilah, pada tanggal 01 Ramadhan 1440 atau 06 Mei 2019 yang bertepatan dengan Milad Mr.Poho akhirnya website POKSAYHONGKONG.com dan PADEPOKANPOHO.com bisa diakses oleh para Pohower di seluruh dunia.

Untuk menguatkan pesan positif dalam rangka memasyarakatkan Poksaya Hongkong, akhirnya saya mengajak sahabat Pohower yang punya background senang menulis, Om Istono Yuwono Korwil KPHI Sidoarjo dan Om Supriyono Atmaja Korwil KPHI Yogjakarta untuk menelurkan ilmunya di bidang perpohoan.

Semoga kehadiran website ini bisa memberikan pencerahan di kemudian hari dalam rangka melestarikan Poksay Hongkong agar kian dikenal di lapisan masyarakat. Akhirnya, Selamat Datang para Pohower. Mari kita jalin kerukunan dalam satu hobi, kebersamaan dalam perbedaan adalah kekuatan. Salam Kliuu…

Bekasi, 6 Mei 2019 | 1 Ramadhan 1440
Fathurroji NK | Mr. Poho | Korwil KPHI Bekasi

Welcome Back!

Login to your account below

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.